Mengenali Potensi dan Membangun Sebuah tim dengan Experiental learning


Banyak model yang ditawarkan menyangkut experiental learning. Salah satu model yang ditawarkan (dari banyak model yang dirancang) Boulder Experiental learning yang berpusat di Universitas Colorado AS adalah konsep belajar yang menggabungkan antara unsur rekreasi dan petualangan dengan tujuan membangun dan meningkatkan kerjasama tim. Umumnya, target pelatihan experiental learning yang satu ini, lebih ditujukan untuk mereka yang sudah bekerja.

Seperti juga bentuk pelatihan lainnya, efek positif dari pelatihan yang berdasar pada experiental learning berbeda untuk setiap individu. Artinya tidak ada perubahan yang bisa didapat hanya dalam waktu satu malam, melainkan harus melalui proses yang dilakukan secara berurutan. Setiap individu yang terlibat dalam proses pelatihan yang dikembangkan Boulder ini, beroleh kesempatan untuk menghadapi beragam masalah dan tantangan yang bisa memberikan efek dramatis terhadap pola pikir dan kehidupannya.

Beberapa manfaat pola experiental learning dalam membangun dan meningkatkan kerjasama tim antara lain adalah:

* mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan antar sesama anggota tim
* membuat peserta mengenal anggota tim lainnya lebih dekat lagi
* meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
* mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan kepemimpinan
* meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota tim.

Sedang manfaat pola experiental learning secara individual antara lain adalah:

* meningkatkan kesadaran akan harga diri dan rasa percaya diri
* meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan masalah
* menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk
* menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya antar sesama anggota tim
* menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama dan kemampuan untuk berkompromi
* menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab
* menumbuhkan dan meningkatkan kemauan untuk memberi dan menerima bantuan
* mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.

Tantangan dan resiko yang terkait pada program terkadang tidak mengenal kompromi. Untuk peserta, pengalaman yang akan diterima kadang membuat mereka merasa tegang dan juga menyenangkan. Idealnya, begitu mereka mulai mempercayai dan berani untuk mencoba, mereka akan berhasil secara fisik dan emosional dan mengetahui bahwa sesuatu yang tampaknya tidak mungkin untuk dilakukan sebenarnya dapat dilakukan.

Ada beberapa tahapan program yang harus dijalani bagi setiap orang yang terlibat dalam experiental learning. Pertama adalah time based competition. Tahapan ini mengharuskan setiap anggota membangun kerjasama tim untuk memececahkan masalah, mempelajari keahlian baru dan menerapkan dengan menggunakan sumberdaya yang terbatas.

Tahapan program ini menggunakan waktu sebagai paramater utama penilaian. Setiap tim akan diminta saling bersaing memecahkan masalah secara simultan. Setiap masalah memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang memerlukan partisipasi seluruh tim atau hanya sebagian anggota tim. Baik partisipasi yang menggunakan kemampuan fisik maupun mental. Tim juga harus berfikir cepat, bagaimana caranya menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam jumlah terbatas secara maksimal.

Untuk memenangkan tahap Time Based Competition ini, setiap tim dituntut mampu melakukan perencanaan secara cepat, tepat dan efektif, kerjasama, komunikasi, koordinasi dan semangat membangun kerjasama di antara sesama anggota tim.

Tahapan program berikutnya adalah Raider of the Lost Ark. Tujuan yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah mengembangkan kepemimpinan, meningkatkan hubungan antar individu, meningkatkan rasa saling mempercayai dan kerjasama.

Prinsipnya, setiap tim yang terlibat dalam program ini, diajak melakukan simulasi mencari harta karun. Setiap tim dilengkapi dengan peralatan dan petunjuk yang cukup untuk menemukan harta karun tersebut. Pengalaman yang ingin ditularkan pada setiap tim dalam program ini adalah setiap anggota tim akan menyadari pentingnya sebuah kerjasama dan kemitraan, karena satu sama lain anggota tim memiliki saling ketergantungan dalam menyelesaikan pencarian.

Program ini melatih individu yang terbiasa bekerja sendiri untuk mulai membiasakan diri bekerja secara tim. Langkah ini perlu untuk membangun kekuatan bersama dalam menyelesaikan misi.

Raider of the Lost Ark memberikan tantangan yang hampir sama dengan keadaan di lingkungan kerja, anggota tim harus bekerjasama untuk memecahkan masalah dengan informasi yang sangat terbatas.

Berikutnya adalah tahapan yang disebut "Mission: Its Possible". Pesan yang ingin disampaikan dalam tahapan program pelatihan ini adalah peserta diminta untuk merasakan pengalaman dan menarik hasil positif dalam kepemimpinan, pembinaan, hubungan profesional, membangun motivasi dan kerjasama.

Program ini diyakini memberikan pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan bagi peserta. Peserta melakukan ekspedisi untuk mencapai puncak gunung dengan segala cara, seperti traversing (merayap secara horizoantal di tebing), climbing (memanjat), scrambling (bersaing) dan chimney (keluar sebgai pemenang).

Manfaat yang terasa dari program ini adalah: meningkatnya rasa percaya diri, memahami resiko dalam mengambil keputusan dan berkembangnya komunikasi antar sesama anggota tim, karena untuk mencapai puncak, setiap anggota tim harus mempelajari dan mengembangkan kemampuan baru serta meningkatkan kepercayaan pada sesama anggota tim.

Dalam program ini anggota tim juga akan belajar mengenai perlunya kesabaran dan keteguhan hati untuk mencapai tujuan dimana sesama anggota tim akan saling memantau kondisi anggota tim lainnya.

Tahapan terakhir dari program experiental learning yang satu ini adalah pathfinder. Tujuan tahapan ini adalah mengembangkan kepemimpinan, meningkatkan rasa saling mempercayai dan kerjasama, mempelajari hal baru dan menerapkannya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas...

Tahapan program ini merupakan gabungan dari program Raider of the Lost Ark dan Mission: It's Possible dan akan menjadi pengalaman yang tak akan pernah terlupakan bagi peserta. Program ini menggabungkan semua aspek dalam olahraga petualangan mulai dari navigasi, panjat tebing sampai dengan arung jeram. Semua aspek tersebut telah dirancang secara khusus untuk mengeksplorasi elemen yang mendukung timbulnya kerjasama tim yang efektif, karena peserta saling tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan misi yang harus mereka selesaikan.

Beberapa isu yang akan muncul dari selama menjalani program Pathfinder adalah: kepemimpinan, pemecahan masalah, menghilangkan konflik, kerjasama tim, komunikasi, menghilangkan rasa takut, menyediakan/memberikan bantuan, kesadaran atas keterbatasan kemampuan, dan semangat untuk menyelesaikan misi.

Selama menjalani program, tim akan berlatih bagaimana mengelola sumber daya yang dimiliki secara optimal agar dapat mencapai tujuan. Tertarik mencoba? (sumber : http://www.tempo.co.id/edunet berbagai sumber)

Experiental Learning Lebih Dari Sekadar Belajar


Banyak cara menjadi pintar. Satu yang paling klasik dan kita kenal adalah belajar serius melalui sekolah formal.

Pilihan ini memang yang paling populer sejak jaman tempo kala. Itu terbukti dari banyaknya lahir orang pintar dengan beragam gelar.

Repotnya, dunia usaha dan lapangan kerja yang tersedia sekarang, ternyata tak cukup direbut hanya dengan berbekal label 'pintar' secara formal, tapi juga harus disertai dengan sederet referensi tambahan seperti kemampuan berbahasa atau ketrampilan lainnya. Artinya dunia usaha kini, apapun bidangnya, menuntut orang tak lagi hanya sekadar pandai secara intelektual, tapi juga memiliki skill (ketrampilan) yang mumpuni untuk melakukan pekerjaan tertentu.

Tuntutan itu, mau tak mau, menuntut dunia pendidikan kini harus merancang dan mengembangkan program pendidikan yang lebih kompromis terhadap tuntutan pasar tenaga kerja. Salah satu pendekatan yang coba mereka lakukan adalah mendesain program Experiental Learning (belajar dari pengalaman).

Di banyak negara maju, sebut saja Amerika dan Eropa, model program Experiental Learning makin banyak ditawarkan berbagai universitas sebagai sebuah alternatif belajar. Sebagian dari universitas itu menyebut program ini sebagai model belajar cooperative. Tapi apapun istilahnya, prinsipnya model pendidikan itu memungkinkan setiap orang yang belajar bisa terlibat langsung dalam berbagai aktivitas ang berkaitan dengan bidang studi yang digelutinya. Dalam beberapa hal, cara ini dianggap lebih mudah dan memungkinkan setiap orang yang belajar dengan cara ini, bisa memahami secara utuh semua aspek menyangkut dunia yang akan menjadi pilihan karirnya nanti.

Konsep Experiental Learning ini, sesungguhnya relatif sederhana. Mereka mencoba mengkominasikan model belajar-mengajar sekolah formal yang selama ini lebih banyak dilakukan di dalam kelas, dengan belajar di luar kelas. Material pendidikan di luar kelas itulah yang diorientasikan untuk memberikan pengalaman pada siswa sesuai dengan bidang studi yang ditekuninya.

Menurut sejarahnya, program Experiental Learning awalnya dikembangkan di sekolah-sekolah kejuruan, seperti bisnis, teknologi atau pendidikan. Sekolah-sekolah ini umumnya memang memprogramkan materi khusus bagi siswa mereka untuk bisa mendapatkan pengalaman bekerja di lingkungan yang sesuai dengan bidang studi yang mereka tekuni atau dalam istilah kita disebut kerja praktek atau magang.

Secara umum, sudah sejak lama sebetulnya banyak pendapat yang menyebut bahwa model belajar formal yang dilakukan di dalam kelas, relatif tidak cukup memberikan bekal bagi siswa pada saat mereka harus bekerja. Dengan kata lain, ilmu yang digali di dalam kelas, tidak bisa berfungsi secara sistematis di dunia nyata. Dan karenanya muncul kebutuhan akan sebuah program belajar yang secara sistematis bisa menjembatani dua kebutuhan tadi. Maka lahirlah sebuah pendekatan ayng disebut sebagai Experiental Learning itu.

Makin hari, pendekatan Experiental Learning ini, makin banyak diminati. Sehingga mau tak mau, peningkatan minat siswa atau mahasiswa untuk mengambil program Experiental Learning itu, mendorong kalangan dunia pendidikan juga mengembangkan program serupa. Bahkan belakangan, banyak sekolah lanjutan atas (SMU) di AS, kini juga sibuk mengembangkan program yang secara mendasar bisa memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk menyerap materi pendidikan secara konseptual dan empirik sekaligus.

Paduan antara pemahaman konseptual dan praktikal itulah yang terus dikembangkan menjadi sebuah program Experiental Learning di segala lapisan pendidikan. Tidak hanya bisa dikembangkan untuk mereka yang sudah duduk di tingkat pendidikan tinggi, tapi juga mereka yang masih duduk di tingkat pendidikan lanjutan dan dasar. Bahkan mereka yang mungkin sudah melewati pendidikan tinggi namun masih ingin menambah dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya.
(Sumber : http://www.tempo.co.id/edunet ; meiky/berbagai sumber)

Sukses punya siapa?

Sewaktu kita sekolah atau kuliah, murid/mahasiswa di kelas dapat dibagi dalam 3 kategori : murid pintar, murid rata-rata dan murid bodoh. 
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk ke kategori pertama yaitu murid yang pintar dan menghindari yang terakhir atau murid bodoh. Orang tua seringkali mendaftarkan anaknya untuk kursus  ini, kursus itu agar nilai anaknya menjadi bagus. Orang tua seringkali memfokuskan pada kelemahan anaknya dan berusaha menutup kelemahan anaknya itu. 
Pada workshop Discover your Strength, saya bertanya kepada peserta: jika anda mempunyai anak yang menyukai menggambar tetapi nilai matematikanya tidak bagus. Keuangan anda hanya cukup untuk membiayai 1 jenis kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak anda?
Hampir semua peserta menjawab : kursus MATEMATIKA...

Murid yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot dalam belajar, mereka takut kalau tidak bisa mengerjakan ujian, stress jika mendapat nilai buruk. Tipe murid inilah yang biasanya ikut les ini dan itu, karena mau SEMUA pelajarannya mendapat nilai baik.
Murid yang bodoh biasanya adalah tipe orang yang masa bodoh, mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat nilai berapa. Murid tipe ini biasanya mempunyai SESUATU yang sangat mereka sukai dan mereka lebih suka melakukan hal itu daripada belajar. Sedangkan murid rata-rata berada di antara 2 kategori itu. 
Di kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau kaya dalam kehidupannya? Sukses di sini harus dibedakan dengan kaya. Menjadi kaya berarti mempunyai lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang mereka kerjakan, dan orang-orang menghargai apa yang mereka kerjakan.
Dalam banyak kasus, banyak murid yang bodoh semasa sekolah dan kuliah, menjadi orang yang sukses, dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya. Sedangkan murid yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya tapi sedikit yang sukses. Mengapa demikian ? Karena dari kecil murid yg bodoh sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki, 
dan tidak terlalu perduli dengan kelemahannya. Sedangkan murid yang pintar biasanya TIDAK FOKUS pada sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa mendahulukan perbaikan pada kelemahan.Saya mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari tipe murid yang bodoh ini. Sebut saja namanya a dan b, keduanya pernah tinggal kelas dan termasuk murid 
yang tidak perduli dengan nilai bagus, sekarang si a menjadi photografer professional dgn client dari perusahaan-perusahaan terkenal di Indonesia. dan si b menjadi montir professional yg disegani di dunia rally mobil. 
Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa sekolah juga tidak termasuk murid yang cemerlang, tetapi sejak kecil telah menunjukkan kecintaan yg mendalam dengan dunia sulap.Sekarang, siapa yang tidak mengenal Deddy Corbuzier. Contoh lain lagi adalah Rhenald Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas sewaktu sekolah tetapi sekarang merupakan salah satu pembicara handal. Dilain pihak, yang dulunya murid yang pintar seringkali berakhir dengan bekerja di kantoran, mungkin mereka menghasilkan banyak uang tetapi belum tentu mereka sukses, karena mereka mungkin tidak terlalu menyukai apa yang mereka kerjakan, hal ini karena dari kecil mereka diarahkan untuk memperbaiki kelemahan dan tidak memperkuat apa sebetulnya kekuatan mereka.
Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar, jangan terlalu cepat senang dahulu. 
Tetaplah gali apa yg ia sukai, apa yg dengan senang ia lakukan, berilah support agar ia juga melakukan hal yg ia senangi dan tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika anak anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai kesenangannya Daripada belajar, carilah suatu alasan mengapa belajar itu juga penting untuk mendukung kesenangannya. 

Esprit De Corps


Perbedaan profesi, strata dan latarbelakang eksekutif dalam perusahaan, yang memang harus ada seringkali berdampak tumbuhnya perasaan berbeda dan dibedakan yang negatif dikalangan internal perusahaan, yang akhirnya menjadi kontra produktif. Semangat dan motivasi untuk membangun perusahaan sebagai tempat karir bersama menjadi hilang dan kepentingan kelompok/individu menjadi lebih prioritas. Kondisi yang demikian tidak perlu terjadi apabila perusahaan mampu membangun budaya kebersamaan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan.

Learning organization menjadi salah satu kata kunci, yaitu proses organisasi yang secara terus menerus belajar secara kolektif dan sungguh-sungguh guna mentransformasikan budaya dan nilai-nilai yang mendukung tercapainya komitmen kebersamaan, dan hal tersebut perlu distimulasi untuk menjadi sebuah kebiasaan kerja (habit).

Perubahan budaya dan nilai-nilai tidak dapat dilakukan secara seketika (instant), melainkan melalui proses berkesinambungan yang membutuhkan INTERVENSI AWAL.

Dalam kerangka intervensi awal ini, program aktivitas luar ruang menjadi salah satu pilihan strategis. Aktivitas di alam terbuka menyediakan ruang untuk membebaskan kelompok/individu dari profesi dan strata formal maupun perbedaan latar belakang. Keterbukaan dan kebersamaan guna menjalin keeratan komunitas yang dirancang dalam program ini, akan melatih sensitivitas kelompok/individu melalui experiential learning yang membawa peserta terlibat dalam dinamika psikologis menuju pola-pola perilaku komitmen kebersamaan yang diinginkan.

Fokus pada Kekuatan Siasati Kelemahan


Saat ini begitu banyak pelatihan-pelatihan yang intinya adalah Individual Development, sayangnya pelatihan-pelatihan tersebut jarang diawali dengan Individual Discovery padahal Development akan bermakna apabila diawali dengan Discovery agar seseorang bisa menentukan bagian mana dari dirinya yang akan dikembangkan.
Pelatihan-pelatihan diatas tersebut juga biasanya terbatas manfaatnya hanya bagi individu dan kurang bermanfaat bagi organisasi.
Road to Success dibuat untuk dapat menjawab ketiga hal diatas yaitu Individual Discovery, Individual Development dan dapat diterapkan didalam organisasi, khususnya untuk analisis Pemetaan Karyawan, analisis The Right Man on The Right Place maupun Team Work.

Pengantar:
Semua orang didunia bercita cita menjadi orang yang “sukses” walaupun apabila ditanya apa yang dimaksud dengan sukses maka jawabannya beragam yang umumnya tidak jelas.
Pada umumnya orang-orang yang mengatakan bahwa sukses itu adalah keberhasilan mencapai tujuan atau cita-citanya, maka jawabannya pun sering tidak jelas.

Banyak orang yang berharap apabila bisa meniru orang-orang sukses, maka otomatis akan menjadi sukses, itu sebabnya seminar-seminar tentang sukses, sampai saat ini merupakan seminar yang menarik, begitu juga buku-buku tantang sukses yang saat ini sudah berjumlah hampir 5000 buku, masih merupakan bacaan yang menarik untuk menambah wawasan atau idea.
Akan tetapi banyak orang yang masih gagal walaupun telah begitu banyak buku-buku maupun seminar tentang sukses yang dibaca dan diikuti. Mengapa demikian?

Ada Jalan Ada Cara:
Buku-buku dan seminar tentang sukses, kebanyakan membahas cara-cara sukses seperti kerja keras, pantang menyerah, focus, belajar, berlatih dan lain sebagainya. Walaupun cara-cara diatas merupakan upaya yang sangat penting untuk dilakukan akan tetapi cara-cara tersebut akan memberikan hasil hanya apabila dilakukan pada jalan yang benar.
Apa bedanya Jalan dengan Cara?
Untuk melengkapi kalimat tanya maka
Caranya.... Bagaimana? ”How to”
Jalannya.... Yang Mana? “Which”

Kalau jalannya salah caranya salah, sudah pasti tujuan anda tidak akan tercapai dan anda tidak menyadarinya.
Kalau jalannya salah caranya benar maka anda akan mencapai tujuan yang salah dan anda cepat menyadarinya.
Kalau jalannya benar akan tetapi caranya salah maka ada kemungkinan anda akan mencapai tujuan walaupun membutuhkan waktu lebih lama.
Kalau jalannya benar dan dilakukan dengan cara yang benar maka anda pasti akan bisa mencapai tujuan.

Dimana posisi anda sekarang?

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sangat unik dan jalan menuju suksesnyapun berbeda-beda sesuai dengan potensinya masing-masing. Sehingga masalahnya sekarang adalah, bagaimana memilih jalan yang benar tersebut.

Bagaimana memillih jalan yang benar?
Untuk menemukan jalan yang benar, ada tiga pendekatan yang berbeda yaitu:

Pertama :

Bersihkan Hati (Qalbu) dengan Iman dan Takwa, berusaha dengan semangat tinggi, maka Tuhan pasti akan menunjukan jalan yang terbaik bagi kita.
Kedua :

Berusaha dengan semangat yang tingi, bekerja keras, pantang menyerah, kalau gagal cari jalan lain, pada akhirnya nanti anda akan menemukan jalan yang paling benar.
Ketiga :

Temukan Potensi (Talenta) yang diberikan oleh Tuhan, kembangkan potensi tersebut dengan ilmu dan keterampilan yang sesuai, pilih peran / karir yang sesuai dengan bakat tersebut dan berusaha dengan penuh semangat karena disitulah jalan anda.

Dengan bekal pengetahuan tentang sudut pandang diatas, masing-masing orang bisa memilih, dari sudut sebelah mana dia akan menemukan jalan suksesnya masing-masing.
Materi ”Road to Success”, membahas tentang pilihan ketiga yaitu bagaimana menemukan Talenta seseorang dan memilih karir yang sesuai dengan talentanya tersebut.
Tahukah apa Talenta Anda?
Hampir semua orang didunia ini, apabila ditanyakan talentanya, tidak bisa menjawab dengan benar, karena selama ini kita semua berpikir bahwa, bakat merupakan kemampuan yang sangat khusus yang diberikan Tuhan, seakan-akan hanya orang tertentu saja yang diberikan talenta, padahal dalam semua kitab suci (Alkitab dan Al Qur’an), Talenta sering disebut-sebut sebagai anugrah Tuhan yang harus disyukuri (dimanfaatkan dan dipelihara).
Ini berarti bahwa masing-masing orang, pasti dianugrahi Talenta, tanpa terkecuali.
Dan kalau kita semua tidak bisa menjawab pertanyaan diatas itu karena selama ini kita mengabaikannya dan tidak merasa perlu untuk mengetahuinya atau tidak tahu bagaimana caranya.
Kita terjebak didalam paradigma memperbaiki kelemahan dan mengabaikan kekuatan, sehingga sampai tahun 2001 diseluruh dunia bahasa tentang talenta belum dikenal orang.

34 (Tiga Puluh Empat) Tema Talenta dari Gallup Organization
Setelah melakukan penelitian puluhan tahun terhadap lebih dari 2 juta orang, para pakar psikologi yang dipimpin oleh Donald O Cliffton yang tergabung dalam Gallup Organization melalui konsep Psikologi Positifnya, pada akhir tahun 2001 berhasil menyumbangkan 34 Tema Talenta yang baru bagi bahasa dunia dan dengan mengerti definisi dari masing-masing tema talenta ini, kita dengan mudah bisa menyatakan apa bakat kita masing-masing.
Menurut Gallup, setiap orang memiliki 5 (lima) Talenta Dominan dan dengan mengetahui Talenta dominannya, maka masing-masing orang harus mengembangkannya melalui pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan talentanya tersebut, kemudian berusaha memilih peran yang sesuai dengan talentanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari dirinya.
Ketiga puluh empat talenta ini, semuanya positif dan berkaitan dengan peran yang paling cocok dengan yang bersangkutan.

Road to Success

Materi ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan kepada peserta didalm menunjukan Talenta dominannya maupun fungsi peran yang paling sesuai bagi pengembangan karirnya.
Susunan Materi:
Karena materi ini merupakan materi yang didasari atas psikologi positif yang merupakan bidang baru dan sarat dengan pandangan-pandangan baru maka materi ini diawali dengan pembahasan tentang paradigma dilanjutkan dengan materi dasar dan pengertian tentang arti sukses, misi-visi-strategi, efektif-efisien.
Kemudian dilanjutkan dengan konsep Lima Sukses Enam Sempurna, yang merupakan faktor-faktor pen ting menuju jalan sukses.
Dan diakhiri dengan pembahasan tentang talenta dan kekuatan.

Paradigma Baru:
Pada saat ini hampir semua orang berpikir bahwa agar bisa sukses, maka kita harus memperbaiki kelemahan dan cara pandang ini sudah begitu membudaya sehingga seringkali kita mengabaikan potensi dan kekuatan yang dianugerahi Tuhan kepada masing-masing manusia.
Sebenarnya dalam banyak hal, memperbaiki kelemahan tidak akan membuat kita kuat karena kekuatan hanya akan tumbuh apabila kita bisa membangun potensi yang dianugerahi Tuhan.
Materi ini juga membahas, mengapa kita semua harus menggeser paradigma kita dari ”usaha memperbaiki kelemahan” menjadi ”berfokus kepada kekuatan dan menyiasati kelemahan